Minggu, 20 Desember 2015

Warna dalam Batas



Warna bukan yang semata ditangkap oleh indera. Pecinta kegelapan bukan tidak mengenal apa itu merah, biru, hijau, ungu dan seterusnya. Namun mereka memiliki versinya sendiri. Yang tak perlu kau paksa untuk pahami. Karena selalu ada warna dalam batas.


Semburat
Jangan pernah salahkan semburat
Ia bukan gerbang pemisah
Melainkan tumpukan warna pengiring mentari berpindah

Kabut
Jangan dustai keberadaannya
Ia hadir bukan untuk menghalangi jarak pandang
Tapi sebagai pembatas agar kau pahami warna selain kelabu

Aku mencintai semburat
Seumpama aku merindukan pembatas buku harianku
Yang saat kehilangannya, aku tersesat di perjalananku sendiri

Aku mencintai kabut
Laksana daun yang ditetesi embun pagi
Ikhlas, tulus, tanpa pamrih
Sehebat pertanda, bahwa semesta menyambutmu sukacita

Aku mencintai putih, merah, biru dan kuning
Karena gradasi takkan bermula tanpa kehadiran mereka


Aku mencintai putih, merah, biru dan kuning
Yang mengajarkanku, untuk hasil tak terhingga, ada awal yang dapat dikera

Aku, kamu, kita, mereka adalah manusia
Paduan harmonik antara angin, daging dan tulang dalam satu raga
Rambutku hitam bergelombang, kulitku kuning langsat, bibirku merah muda dan aku “satu”

Jangan tanyakan warna pipi dan hatiku
Pipiku seumpama delima kala hatiku berbunga

Aku mencintai Rabb-ku
Dari-Nya, melalui sepasang malaikat duniaku, aku diajarkan mencintai hijaunya daun, menikmati mentari yang keemasan dan memaklumi hitamnya malam.

Aku mencintai Rabb-ku
Yang meniupkan serpihan cinta-Nya di hatiku
Hingga aku sanggup mencintai ciptaan-Nya yang lain

Aku mencintai Ibuku
Darinya kuwarisi kecintaan terhadap keseimbangan
Bahwa tak harus seragam, namun selaras
Tak harus se-iya sekata, namun harmonis

Aku mencintai Ayahku
Seperti aku memahami mengapa Adam harus terusir dari Surga
Yang mengajarkan bahwa kebenaran bukan barang tawaran
Yang menegaskan bahwa hitam dan putih bukan sekedar warna

Aku belajar dari elegi
Elegi tak selamanya duka dan luka
Ia memaksaku mengerti, ada rasa selain nikmat
Karena warna bukanlah apa yang ditangkap oleh mata
Melainkan apa yang telah diterjemahkan hati dan diinterpretasikan lewat indera

Karena waktu dan jarak bukanlah batas
Melainkan sahabat
Selalu ada temali tak terlihat yang menyambungkan

Karena hakikatnya hati manusia adalah serpihan kemuliaan Tuhan
Dan Tuhan tak pernah berhenti untuk “ada”.


Bintaro, at the time
mahdarania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar