Minggu, 20 Desember 2015

Aku (mau) Apa

BAM!!
Rasanya malu sekali. Sangat malu.
Ketika sadar bahwa cita-cita saya, walau mulia, sangat sederhana dan nyaris tidak ada kontribusi untuk orang banyak. Orang-orang di luar ‘lingkaran’ hidup saya.
Sampai tadi pagi, saya masih sering bermimpi, membayangkan bahagianya hidup yang akan datang bila akhirnya bersama dengan seseorang yang memang (sangat) saya suka.
Malu rasanya. Maluu sekali. Dangkal sekali bukan ?
Memang, menikah adalah sunah dan ada banyak keberkahan yang akan datang melingkupi hidup saya dan keluarga kelak.
Namun, sebelumnya, bukankah akan lebih indah jika sudah mempersiapkan dan mencapai banyak hal ?
Belakangan, saya punya satu pasangan favorit.
Faldo Maldini dan Davrina Rianda.
Faldo Maldini adalah ketua Perkumpulan Pelajar Indonesia (PPI) di United Kingdom. Faldo juga Presma BEM UI tahun 2012. Sudah lulus dari Imperial College London. 
Faldo adalah narasumber yang keterangannya akan saya gunakan sebagai bahan referensi untuk satu dari dua artikel saya di majalah Civitas vol. 17. Sudah menjadi kebiasaan, untuk berinteraksi, terutama untuk kepentingan peliputan, dengan narasumber. Interaksi pra peliputan ini well-known as stalking slash kepo.
Jadilah saya kepo-kepo tentang beliau, yang kebetulan tidak memprotek semua akun medsosnya sehingga mudah diakses. Kepo ini berbuah hasil at least dua hal penting. Faldo Maldini adalah sosok aktivitis yang penulis.
Seperti melihat sosok seorang Soe Hok Gie. Yang aktivis turun ke jalan dan juga menajamkan aspirasi melalui goresan pena. Saya belum mengonfirmasi apakah Faldo (pernah) ikut turun ke jalan menyuarakan aspirasi mewakili rakyat.
Faldo sudah menerbitkan sebuah buku berjudul "Karena Selama Hidup Kita Belajar". Saya juga menangkap bahwa Faldo adalah seorang inisiator dari pulangkampuang.com. Sebuah wadah yang menggerakkan pemuda-pemuda asal Sumatera Barat. (Lebih lanjut, kapan-kapan akan saya kepoin).
Davrina Rianda adalah dokter jebolan Universitas Indonesia yang punya usaha yang bergerak di bidang fashion muslim.Sebuah brand  bernama Chuw.  Dokter muda nan cantik ini juga aktif menulis di www.missdavrina.tumblr.com
Pemuda pemudi ini serius menghidupi hidupnya dan menggerakkan orang-orang disekitar maupun di luar lingkarannya. Hari ini, saat bercermin, sesuatu yang selalu saya lakukan setiap bangun dari tidur, saya berkaca menembus jauh ke relung hati dan pikiran.
Come on, Mut. Selama ini saya hanya bercermin untuk melihat “kekurangan” pada diri saya secara fisik. Girls thing memang, tetapi I just realize these girls thing is not so important thing. Terlalu gemuk, kurang ini, kurang itu and lil stuffs others. . .
Ya Allah, ketika banyak aktivitis yang bergerak dan berdakwah demi kemaslahatan orang banyak diluar sana, egois sekali disaat bersamaan saya hanya termangu didepan cermin sembari memandangi hasil ciptaan terbaikNya dengan perspektif seorang hamba yang ‘sedikit’ menggugat dan kurang bersyukur.
Malu. Malu sekali. Sangat malu, sehingga air mata ini tidak bisa dibendung saat menyentuh sajadah. Engkau sudah sangat baik menciptakan dengan sangat sempurna, tanpa cacat fisik dan mental. Maafkan kebodohan hamba yang sangat sok tahu ini, ya Allah.
Disaat saya merenungi kenapa Allah tidak memberi bentuk tubuh layaknya seorang Meyda Sefira, tentu akan jauh lebih bermanfaat bila digunakan untuk memikirkan ide-ide besar serta membuat rancangan untuk mimpi-mimpi (besar) yang saya punya.
Lebih malu lagi saat tiga bulan lalu saya memutuskan untuk rutin berolahraga demi memantaskan diri untuk seseorang yang rasanya sangat saya sukai. Kenapa ? Karena yang bersangkutan tampan, berwibawa, agamis dan secara fisik menarik, proposional. Hey, men are visual characters. They always looking for the beauty things. For anything.
Sejak sebelumnya saya sadar,meski penting, fisik bukan hal utama. Saya sudah merencanakan untuk terus mengembangkan potensi diri yang saya punya. Melanjutkan menghafal Al-Qur’an, menajamkan daya analisis dan sensitivitas melalui hamburan kata-kata dalam bentuk lisan dan tulisan, berusaha untuk selfless, menghentikan pembicaraan yang tidak penting, seperti menggunjing dan membicarakan hal-hal yang mengarah pada maksiat, mengupgrade kemampuan public speaking dalam bahasa Indonesia terlebih in English.
Saya merencanakan. Saya mengeksekusi satu per satu resolusi yang saya miliki. Beberapa mulai terealisasi, sayangnya tidak konsisten. Jeda UTS sebulan membuat saya lebih memfokuskan pada belajar dan menghentikan sementara aktivitas olahraga. Menulis. Memikirkan ide-ide.
Crap. Saya sadar seorang yang inkonsisten. Dan ini tidak baik.
Terlebih sempat mental breakdown saat mengetahui ybs ternyata sepertinya sudah "taken". Dangkal banget saya emang. Malu dan malu-maluin.
Disini saya belajar untuk memperbaiki mood, perasaan sendiri dan mulai menyusun rencana baru. Yang saya sadari, niat yang benar dan kuat adalah landasan tak terbantahkan untuk melakukan apapun secara konsisten.
“Perbaiki niat. . . “
“Innamal a’malu binniyah. . .”
Oke fix. Perbaiki niat. You don’t do all those stuffs for anyone else, but yourself. Semua untuk diri sendiri, orang tua (keluarga) dan karena Allah. Udah itu aja. Kalo ikhlas, rutin dan ga ngeluh, hal-hal baik bakal dateng, kok. 
Kemampuan saya untuk bersyukur juga harus terus diasah. Daripada menggugat atau memprotes “Kenapa bla bla. . .?”, lebih baik energinya disimpan dan dialihkan untuk mengeksplor diri.
Yah, ini semua self reminder untuk saya. Bahasan diatas hampir sebagian besar saya jelaskan secara detail. Hanya beberapa informasi yang tidak etis saya sampaikan yang saya tidak sebutkan.
Menghafal Al-Qur’an. Yang ini butuh niat yang kuat, ketekunan, dan konsistensi. Mudah  menyerah saat menghafal Al-Qur’an memang sering ditemui pada orang-orang yang sedang berproses menjadi hafidzh / hafidzhah.
Bayangkan, surah Al-Mulk yang cuman 30 ayat, dari jaman kapan belum kelar juga. Juz 30 kebanyakan udah lupa karena hampir nggak pernah dimurajaah kecuali surah-surah tertentu.*menghela nafas*
Ya Allah. Lalai banget ya hidup saya selama hampir dua puluh tahun ini.
Oh iya, satu lagi yang jelek dari saya. Selain sering mempermasalahkan fisik things, saya juga terkadang terlalu memikirkan omongan orang. Padahal, tangan yang dua ini emang bukan untuk membungkam mulut semua orang, tetapi untuk menyaring dan menutup kedua telinga untuk omongan yang berhamburan dimana-mana.
Saya sengaja menceritakan saat ini. Disini. “Sin Lists” ini saya ungkapkan agar sedikitnya bisa berangsur-angsur terkikis dari diri dan hidup saya. 
Sebenarnya saya masih memiliki stok cerita yang akan disampaikan. Namun, berhubung sudah mengantuk sekali dan besok kuliah pagi plus presentasi, saya akan lanjutkan besok lagi.
See yaaa
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bintaro, 8 Juli 2015 (00.14 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar