Teruntuk sosok yang akan menjadi orang pertama di pagi hari-hariku,
Teruntuk
sosok yang akan kusambut di setiap senja,
Teruntuk
sosok yang menggamit telapak tanganku menuju rumah (kita) kelak,
Teruntuk
sosok yang bahkan nama dan rupamu masih berwujud rahasia,
Maafkan aku
yang pernah mengeja dan memohon kepada-Nya nama selain-mu.
Cukup
kukatakan, aku hanya memohon,
karena saat itu kita mungkin belum bertemu,
karena saat itu kita mungkin belum bertemu,
atau belum
menyadari bahwa sebenarnya kita sudah bertemu.
Dunia kita
belum bersinggungan kala itu
Sama
seperti aku akan memaklumi setiap nama yang pernah kau eja dan kau bawa-bawa,
Serupa aku
mengikhlaskan setiap kepingan masa lalumu sebagai bagian darimu yang memang
tidak mampu kupisahkan,
Seperti
kita yang kelak akan saling mengikhlaskan,
bahwa masa
lalu adalah hak tiap-tiap dari kita yang sudah lewat masa berlakunya,
dan kelak
akan saling memahami,
bahwa masa
depan adalah hak dan kewajiban kita bersama untuk diwujudkan sebaik-baik dan
selayak-layaknya
Teruntuk nama yang akan aku eja dan mendapat tempat tetap di setiap pengharapan
terhadap-Nya,
Semoga saat
ini, aku dan kamu, sedang sama-sama berupaya memantaskan diri
Semoga di
hari-hari sebelum pertemuan yang digariskan-Nya,
kita saling menyibukkan diri dengan sebaik-sebaik dan sebermanfaat kesibukan
kita saling menyibukkan diri dengan sebaik-sebaik dan sebermanfaat kesibukan
Semoga
kelak kita mampu melepas semua ego dan kekerasan hati,
untuk
saling ikhlas menerima
untuk
saling tulus memahami
untuk
saling berupaya terbaik
demi
mewujudkan sebaik-baik, seindah-indah, dan seberkah-berkah takdir Tuhan.
Bintaro, 12 Maret 2016
mahdarania
Biarkan rindu menjejaki pemiliknya dalam do'a tanpa nama
BalasHapus